PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK (SISWA SD/MI)
Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Perkembangan
keterampilan kognitif berhubungan secara langsung dengan perkembangan
keterampilan lainnya, termasuk motorik, ingatan, permainan, dan bahasa.
Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat
subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif
dalam masa dewasa awal. Teori kognitif mengutamakan pikiran sadar mereka. Tiga
teori kognitif penting adalah teori perkembangan kognitif piaget, teori
kognitif sosial-budaya Vygotsky, dan teori pemrosesan informasi.[1]
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Teori Piaget menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahaman mengenai
dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Dua proses mendasari
perkembangan tersebut: organisasi dan adaptasi. Untuk memahami dunia, kita
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita. Piaget (1954) percaya bahwa kita
beradaptasi dalam dua cara asimilasi[2]
dan akomodasi.[3]
Teori Kognitif Sosial-Budaya Vygotsky Seperti piaget, ahli perkembangan Rusia Lev Vygotsky (1896-1934)
juga percaya bahwa anak secara aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri.
Teori Vygotsky adalah teori kognitif yang mengutamakan bagaimana interaksi
sosial dan budaya menuntun perkembangan kognitif. Vygotsky menggambarkan
perkembangan anak sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial
dan budaya (Rowe & Wertsch, 2004).[4]
Vygotsky lahir di tahun yang sama dengan Piaget.[5]
Teori Pemrosesan Informasi Mesin
dapat menjadi kandidat terbaik bagi gelar “Bapak penemu” teori pemrosesan
informasi. Teori pemrosesan informasi, yang menekankan bahwa individu
memanipulasi informasi, memantaunya, dan menggunakan strategi terhadapnya.
Bukan seperti teori piaget melainkan seperti teori Vygotsky. Teori pemrosesan
informasi tidak menggambarkan perkembangan secara bertahap. Contohnya, menjadi
pembaca yang lebih baik dapat mencakup belajar memperhatikan tema kunci dari
materi yang dibaca (McCormick, 2003).[6]
·
Karakteristik Perkembangan Kognitif
Jean
Piageat, ilmuan prancis ini melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif
individu sejak tahun 1920 sampai dengan 1964. Berdasarkan hasil penelitiannya,
piageat membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan prilaku kognitif ke dalam
empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukan
karakteristik yang berbeda-beda. Tahapan perkembangan kognitif itu adalah periode
sensori motorik, periode pra operasional, periode operasional
konkret, dan periode rasional formal.[7]
·
Masa Usia Sekolah Dasar/ MI
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk
sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan
oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah
matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara
relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan
sesudahnya. Masa ini diperinci lagi
menjadi dua fase, yaitu:
1)
Masa kelas-kelas rendah sekolah
dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.
2)
Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar,
kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai 12,0 atau 13,0 tahun.[9]
Sebagian anak sd mungkin masih
berada pada tahap pra operasional dengan proses berfikir
intuitif (4;0-7;0) sebab masih banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke
sd pada usia 5, 6 atau 7 tahun. Bahkan mungkin saja masih ada anak sd dengan
pemikiran transduktif seperti pada masa pra konseptual. Misalnya, suatu saat anak
melihat tamu yang datang kerumahnya dan ia memberi oleh-oleh kepada anak
tersebut. Bagi anak yang masih berfikir transduktif, ia akan menyimpulkan bahwa
tamu adalah orang yang suka membawa oleh-oleh.
Umumnya anak usia sd berada pada
periode operasional konkret. Periode ini dicirikan
pemikiran yang refelsibel, mulai mengkonserpasi pemikiran tertentu, adaptasi
gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai suatu pandang,
mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas.
Kognitif periode operasional formal:
·
Mampu menoprasikan kaidah logika
matematika berupa tambah, kurang, kali, bagi, serta kombinasi dari keempat
logika matematika tersebut.
·
Memprediksi sesuatu berdasarkan
fakta dan data yang ada.
·
Mengkritisi sesuatu meskipun dalam
bentuk sederhana.
·
berfikir analitik dan sintetik.[10]
·
Implikasi praktis dalam melakukan
stimulasi perkembangan kognitif pada anak SD
Implikasi dari teori piaget adalah bahwa dalam proses
pembelajaran pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta
didik. Pandangan Piaget (1969) pembelajaran yang tidak sesuai dengan
perkembangan kognitif anak memiliki konsekuensi negatif bagi perkembangan aspek
psikologis lainnya. Misalnya, pembelajaran yang materinya jauh diatas jangkauan
kemampuan kognitif anak dapat menimbulkan lemahnya motivasi belajar dan sangat
mungkin merusak struktur kognitif mereka. Teori
Piaget banyak dipengaruhi oleh biologi[11]
dan epistemologi [12](ajaran
mengenai pengenalan).[13] Materi
dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang
kemampuan berfikir mereka. Tahap kemampuan berfikir sensorik mengimplikasikan
bahwa bagi proses belajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan bahasa,
hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan
pengertian dan pengenalan hubungan sebab akibat.
Berikut ini merupakan beberapa implikasi praktis teori perkembangan
kognitif untuk pembelajaran :
1)
Pembelajaran tidak harus berpusat
pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi berpusat pada peserta didik.
2)
Materi yang dipelajari harus
menantang dan menarik minat belajar peserta didik.
3)
Pendidik harus terlibat bersama-sama
peserta didik dalam proses pembelajaran.
4)
Sekuensi (urutan) bahan pembelajaran
dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami
bahan pembelajaran jika sekuensi bahan pembelajaran itu loncat-loncat.
5)
Pendidik harus memperhatikan tahapan
perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan stimulasi pembelajaran.
6)
pada SD kelas awal pembelajaran
seyogyanya dibantu benda konkret.
DAFTAR PUSTAKA
·
Haditono, Siti Rahayu. 1999. Psikologi
Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.
·
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
·
Santrock, John W. 2007. Perkembangan
Anak, Jakarta: ERLANGGA.

[1] John W.
Santrock, Perkembangan Anak, ERLANGGA, Jakarta, 2007, hlm. 48.
[2] Asimilasi
Terjadi saat anak menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah
dimiliki
[3] Akomodasi
Terjadi saat anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi
dan pengalaman baru.
[4] John W.
Santrock, Perkembangan Anak, ERLANGGA, Jakarta, 2007, hlm. 50.
[5] Teori Vygotsky
Teori kognitif sosial-budaya yang mengutamakan bagaimana interaksi sosial dan
budaya menuntun perkembangan kognitif.
[6] John W.
Santrock, Perkembangan Anak, ERLANGGA, Jakarta, 2007, hlm. 51.
[7] ibid
[8] John W.
Santrock, Perkembangan Anak, ERLANGGA, Jakarta, 2007, hlm. 49
[9] Dr. H. Syamsu
Yusuf LN.,M.Pd, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, PT REMAJA
ROSDAKARYA, Bandung, 2000, hlm. 24-25.
[10] ibid
[11] Biologi :
dalam teorinya Piaget banyak menggunakan pengertian yang langsung diambil dari
biologi. Misalnya dalam definisi mengenai inteligensi dipakainya
pengertian-pengertian seperti adaptasi, organisasi, stadium, pertumbuhan dan
sebagainya.
[12] Epistemologi:
perhatian terhadap cabang ilmu pengetahuan antara lain nampak dalam penelitian
empiris terhadap timbulnya pengertian atau konsep mengenai waktu, ruang,
kausalitas, dan kesadaran akan aturan
[13] Prof. Dr. Siti
Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya,
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, Yogyakarta, 1999, hlm. 208.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar