Minggu, 12 Maret 2017

MAKALAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini dengan giat-giatnya memperkenalkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, yang dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisifasif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, murid, pimpinan sekolah, karyawan orang tua murid, masyarakat atau siapa saja yang memiliki perhatian pada pendidikan) untuk meningkatkan mutu pendidikan .
Dengan diberinya otonomi yang lebih besar, sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah akan lebih mandiri. Dengan mandirinya sekolah, sekolah dituntut untuk lebih mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja Masalah Pendidikan Di Indonesia?
2.      Bagaimana Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3.      Apa saja Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui Masalah Pendidikan Di Indonesia
2.      Mengetahui Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)
3.      Mengetahui Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masalah Pendidikan Di Indonesia
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, meskipun mungkin telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan local, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.[1]
Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan dalam pendidikan kita? Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga factor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
1.      Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
2.      Penyelanggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan borokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
3.      Peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua murid dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, diantaranya dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.[2]

A.    Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)
1.      Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS adalah sesuatu konsep yang menempatkan kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau madrasah sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota.[3]


1.      Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat empat prinsip yang harus dipahami, yaitu : kekuasaan, pengetahuan, sistem informasi, dan sisitem penghargaan.
a.          Kekuasaan, yaitu: kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orang tua murid seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.
Kekuasaan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain:
1.      Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua murid
2.      Membentuk tim-tim kecil dilevel sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.
3.      Menjalin kerjasama dengan organisasi diluar sekolah.

b.      Pengetahuan, yaitu: kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha secara terus-menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekola. Pengetahuan penting yang harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
1.      Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah
2.      Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan (quality assurance, quality control, dan lain-lain ).
c.       Sisitem informasi, yaitu: sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut warga sekolah dapat mengambil peran dan partisipasi. Informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan dengan kemampuan guru dan prestasi murid.
d.      Sistem penghargaan, yaitu: sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan murid. Dengan sistem ini diharapkan akan muncul motivasi dan etos kerja dari kalangan sekolah. Sistem penghargaan yang dikembangkan harus bersifat adil dan merata.
2.      Prinsip dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada lima yaitu :
a.       Focus pada mutu.
b.      Bottom-up planning and decision making.
c.       Manajemen yang transparan.
d.      Pemberdayaan masyarakat.
e.       Peningkatan mutu secara berkelanjutan.
3.      Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam Teori
MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan priorits kebutuhan. Pada sistem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah
MBS juga merupakan salah satu wuujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi murid. Hal ini juga berpotensi untuk meningkatkan kinerja sta, menawarkan pertisipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan.
4.      Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam Praktek
Menurut Nurkolis dalam artikel Pendidikan Network (2002), mengingt mutu pendidikan di Indonesia selama ini kurang memuaskan banyak pihak, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan reformasi pendidikan. Model reformasi yang ditawarkan akhir-akhir ini adalah model Managemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS ialah salah satu bentuk restrukturisasi sekolah dengan mengubah output sekolah dalam melakukan kegiatannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan prestasi akademik sekolah dengan mengubah desain struktur organisasinya
Sejak 1999 konsep MBS telah diujicobakan disekolah-sekolah di Indonesia. Saat ini telah banyak sekolah tidak sekedar melakukan uji coba melainan melangkah pada tahapan pelaksanaan. Tentu saja banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan konsep baru ini yang perlu mendapatkan masukan dari berbagai pihak.
5.      Syarat Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
a.       MBS harus mendapat dukungan staf sekolah
b.      MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap. Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil.
c.       Staf sekolah dan kantor dinas harus memperboleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
d.      Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
e.       Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi wewenang ini dengan guru dan orang tua murid.
6.      Hambatan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1.      Tidak berminat untuk terlibat.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang mebururt mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya untuk hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak lagi memiliki banyak waktu untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka.
2.      Tidak efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustasi dan serimg kali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otrokratis. Anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memutuskan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal diluar itu.

3.      Pikiran kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukungsatu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu komromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok”.
4.      Memerlukan pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi dan lain-lain.
5.      Kebingunan atasa peran dan tanggung jawab baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jwab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingngan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab.
6.      Kesulitan kondisi
Setiap penerapa model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisisen. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ketujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. 

7.      Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan MBS :
a.       Memungkinkan orang-orang yang kompeten disekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan mutu pembelajaran.
b.      Member peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
c.       Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
d.      Mengarahkan kembali sumberdaya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan disetiap sekolah.
e.       Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah.
f.       Meningkatka motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru disemua level.
8.      Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Tujuan utama penerapan MBS pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses dan pusat sehingga managemen menjadi lebih efisien.
Tjuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersaa.
3.      Mmeningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan
4.      Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
A.    Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
MBS aan berhasi jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternal yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.
3. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.
4. profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.[4]















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, meskipun mungkin telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan local, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Peningkatan mutu pendidikan dilakukan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif. Faktor pendukung MBS yaitu dengan Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik, Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan, Dukungan pemerintah, dan profesionalisme.






DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002.
Veithzal Rivai. Syilviana Murni. Education Manajemen (Analisis Teori dan Praktek). Jakarta : PT Raja Grafindon Persada. Cetakan ke-3. 2012.


[1] Veithzal Rivai. Syilviana Murni. Education Manajemen (Analisis Teori dan Praktek). Jakarta : PT Raja Grafindon Persada. Cetakan ke-3. 2012. Hal 139.
[2] Veithzal Rivai. Syilviana Murni. Op. Cit. hal 140 .
[3] Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002. Hal 14 .
[4] Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum. Op. Cit. hal 19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar