Minggu, 12 Maret 2017

KEMAMPUAN GURU MENJELASKAN & MEMBERIKAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu perananan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara siswa didalam suatu kelas.
Semua usaha yang dilakukan olah guru di dalam pembelajaran mengacu pada bagaimana memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang sudah di tetapkan. Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru mestinya mendorong siswanya untuk berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Partisipasi siswa di dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan baik oleh guru sehingga siswa termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang lebih baik lagi. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa berpartisipasi disebut penguatan atau reinforcement. Reinforcement berbeda dengan reward. Reward merupakan hasiah leberhasilan siswa yang telah mencapai hasil memuaskan dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai bentuk penguatan dapat dikombinasikan oleh guru, sehingga tidak terkesan mengada-ada, tidak alami atau tidak sepontan.
Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh seorang guru, karena terkadang guru suka bersikap dingin terhadap respon yang diberikan siswa ketika dikelas. Sepertinya pemikkiran tersebut tidak dihargai, tentu hal ini dapat mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar. Tanpa motivasi, mungkin tidaka akan tercipta pembelajaran yang kondusif.
Dengan demikian seorang guru harus mampu untuk menjaga motivasi belajar siswanya agar dapat mecapai suatu hasil yang optimal ketika melakukan suatu proses pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan penguatan pembelajaran ?
2.      Apa-apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran penguatan ?
3.      Apakah manfaat penguatan dalam pembelajaran ?
4.      Bagaimana prinsip penggunaan penguatan ?  
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari penguatan pembelajaran ;
2.      Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran penguatan ;
3.      Untu mengetahui manfaat penguatan dalam pembelajaran ;
4.      Untuk mengetahui Bagaimana prinsip penggunaan penguatan ;













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh, teguh, tahan, dan awet, mendapat awalan pe dan akhiran –an menjadi penguatan yang berarti perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan.[1] Secara tradisional, Penguat dianggap sebagai sebuah stimulasi atauperangsang.[2]
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan memlihara perilaku positif, sedangkan penguatan negative merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyanangkan. Misalnya dalam penguatan negative, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak meperhatikan di saat guru tersebut menerangkan suatu materi pembelajaran.
Manfaat penguatan bagi siswa, natara lain.
1.      Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2.      Membangkitkan dan memelihara perilaku
3.      Menumbuhan rasa percaya diri.
4.      Memelihara suasana belajar yang kondusif
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semnagat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik.[3]
Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian meteri untuk dikuasai oleh anak, akan tetatpi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling mengahargai.
Menurut pendapatHamid Darmadi (2010: 2), penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku tersebut.[4] Pendapat senada juga disampaikan oleh J. J. Hasibuan dan Sulthoni (2000: 53), mengemukakan bahwa penguatan merupakan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut muncul kembali.[5]Penghargaan mempunyai pengaruh positif bagi peserta didik, yakni mendorong peserta didik memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya.
Menurut pendapat Moh. Uzer Usman (2013: 80), penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Dalam bahasa lain diungkapkan bahwa penguatan merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.[6]
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguatan atau
reinforcement merupakan salah satu bentuk penciptaaan suasana belajar yang menyenangkan yang diberikan pada siswa dengan tujuan utama agar frekuensi tingkah laku positif siswa dapat meningkat



B.     Komponen-Komponen Keterampilan Penguatan
Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen keterampilan memberikan penguatan ialah sebagai berikut.
1.      Penguatan verbal dapat berupa kata-kata berupa kalimat yang di ucapkan guru. Contoh : “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat mengahargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.[7]
a.      Pujian, adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan alat motivasi yang positif. [8] Guru menggunakan pujian sebagai bentuk penguatan untuk menyenangkan perasaan anak didik sehingga merasa diperhatikan oleh guru serta bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik frekuensinya dapat berulang bahkan ditingkatkan, namun pemberian pujian tidak pula berlebihan. contoh pujian yang wajar misalnya ketika guru mengajukan sebuah pertanyaan dan kemudian siswa menjawab dengan tepat guru memberi pujian dengan kata- kata, “bagus!”, “tepat sekali”, “benar”, atau memakai kalimat, ”wah, hebat kamu”, wah, kamu anak pintar”, “seratus untuk kamu”, “kalian bisa meniru pekerjaan tina, pekerjaannya rapi”, dll. Begitu pula ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru mesti pula memberi pujian seperti, “ hampir tepat…”, “yah, bagus ada jawaban yang lain?”, dll. Pujian semacam ini dimaksudkan agar siswa kembali terdorong untuk menyempurnakan jawabannya, penguatan ini disebut penguatan tak penuh.[9]
b.      Hukuman, adalah bentuk reinforcement yang negatif namun bersifat mendidik dan diperlukan dalam proses pembelajaran. Apabila diberikan secara tepat dapat menghadirkan sebuah stimulus yang menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda.[10]
2.      Penguatan non verbal
penguatan non verbal meliputi antara lain :[11]
a.       Penguatan gestural.
penguatan ini diberikan dalam bentuk mimic, gerak wajah dan anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, bertepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari “jempol” dan lain-lain.
b.      Penguatan dengan cara mendekati.
Penguatan ini dikerjakan dengan cara  mendekati siswa utnuk menyatakan perhatian guru terhadappekerjaan, tingkah laku, atau penampilan sisiwa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa. Seiring kegiatan guru mendeakati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.
c.       Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa, seringkali untuk anak-anak masih kecil, guru mengusap rambut kepala siswa.
d.      Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta mempin kegiatan, dan lain-lain
e.       Penguatan berupa tanda dan benda.
 Pengutan bentuk berupa ini meripakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif.  Bentuk penguatan ini anatara lain : komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang, permen, dan lain sebagainya.
f.        Penguatan berupa symbol atau benda.
Misalnya (V), komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang plstik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlalu mahal harganya tetapi mempunyai arti simbolik.
g.      Pengutan tidak penuh.
 Jika siswa memeberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak penuh. Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna. [12]

C.    Tujuan dan Manfaat Penguatan
Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.
Adapun tujuan dari pemberian penguatan dalam pembelajaran antara lain adalah :
1.      Meningkatkan perhatian siswa,
bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatian siswapun akan semakain meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya. [13]

2.      Membangkitkan dan memlihara motivasi belajar siswa,
 apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakain baik pula. Upaya memlihara danmembangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
3.      Memudakan siswa belajar,
bahwa tugas guru sebagai fasilator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan sisiwa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon-respon (penguatan) yang akan senmakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
4.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa,
 rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihidari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
5.      Memelihara iklim kelas yang kondusif,
 suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengiringi terhadap proses dan hasil belajar yang di lakukan oleh sisiwanya.[14]








D.    Prinsip Penggunaan Penguatan
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memeperhatikan beberapa perinsip pemberia penguatan sebagai berikut.[15]
a.       Hangat dan antusias,
guru adalah pemberi semangat bagi siswanya, semangat tentu saja tidak mampu diberikan oleh oarang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebu dapat mencairkan Susana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif. Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati siswa, melihat gurunya antusias, siswa tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran, jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pemelajaran, sikap dan antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.
b.      Kebermaknaan,
 penguatan yang diberikan  oleh guru sangat berarti atau sangat bermakna bagi siswa, mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasildalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkatkan rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri, dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya. Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar membuat merekajadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membanttu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membua mereka penasaran atau bingung.
c.       Menghindari respon negative,
kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikrannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan teman-temanya.
d.      Pemberian penguatan dengan segera,
Penguatan seharusnya di berikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampk posisitf yang diharapkan tidak menurun bahan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukan respon yang diharapkan dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
e.       Variasi bentuk penguatan,
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlansung 1 atau 2 jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan semangat belajar. Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama waktu tersebut. Tentu saja beragam pula partisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus pandai memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil meganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.[16]






















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·         Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negative
·         Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Beberapa komponen keterampilan yaitu penguatan verbal dan non-verbal.
·         Tujuan dari pemberian penguatan dalam pembelajaran antara lain adalah :
a.       meningkatkat perhatian siswa
b.      Membangkitkan dan memlihara motivasi belajar siswa
c.       Memudakan siswa belajar
d.      Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa
e.       Memelihara iklim kelas yang kondusif





           






[1] W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1984).h.529
[2] B.R.HERGENHAHN, dan MATTHEW, theories of learning(teori belajar),(Jakarta:prenada media group.2008),ed  7.h.119
[3] JJ. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).h.84
[4] Hamid Darmadi (2010: 2)
[5] J. J. Hasibuan dan Sulthoni (2000: 53)
[6] Moh. Uzer Usman (2013: 80)
[7] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta :Rineka Cipta,2005), cet 2.h.289
[8] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rajawali Pers,2011).h.94
[9] Eni Purwati,dan Zumrotul Mukaffa, Micro Teaching,( Surabaya: Aprinta,2009).h.7-12
[10] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta:Ar-ruzz Media.2010),cet v.h.80
[11] ibid
[12] ibid
[13] Sudarwan, Danim, Pengembangan Profesi Guru:Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke Professional Madani,(Jakarta: prenada media group.2011).h.119
[14] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar ,(Jakarta: Rineka Cipta,2006).h.174
[15] ibid
[16] Margaret ,E Gredler, Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi), (Jakarta: Kencana.2011),ed ke-6,h.145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar